Langkah Kecil Literasi dari Koto Balingka

 


Pagi itu, Senin (22/09), aula tempat pertemuan di Kecamatan Koto Balingka terasa berbeda. Suasana hangat menyelimuti ketika sembilan pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang baru terbentuk berkumpul. Mereka datang bukan sekadar untuk duduk bersama, tetapi untuk menyalakan api kecil gerakan literasi di nagari masing-masing.

Di tengah pertemuan, hadir Bunda Literasi Kecamatan Koto Balingka, Riza Subhanah, bersama Founder TBM Olalaa, Sumira Lubis. Dengan penuh semangat, mereka mendampingi para pengelola muda ini dalam proses pendaftaran Nomor Pokok Perpustakaan (NPP). Sebuah tahap penting agar TBM yang baru lahir bisa diakui secara resmi dan memiliki pijakan untuk berkembang.

Namun tak berhenti di situ. Ada momen yang paling ditunggu: penyerahan buku pinjaman. Koleksi dari TBM Olalaa itu dibagikan agar masing-masing TBM tak perlu menunggu terlalu lama untuk memulai kegiatan. Tumpukan buku sederhana itu seolah menjadi kunci yang membuka pintu-pintu imajinasi anak-anak di Koto Balingka.

Langkah ini tentu tidak lahir begitu saja. Camat Koto Balingka, Makmur, S.ST, sejak awal percaya bahwa TBM adalah ruang penting. Bukan hanya tempat membaca, tetapi juga wadah berkumpul, bermain, dan belajar bagi anak-anak nagari. Dukungan penuh dari pemerintah kecamatan membuat semangat pengelola TBM kian mantap. Apalagi, peran Bunda Literasi di sini memang salah satunya untuk mengampanyekan minat baca ke seluruh lapisan masyarakat.

“Kalau TBM ada di setiap nagari, anak-anak punya tempat aman untuk belajar dan berimajinasi,” begitu kira-kira harapan yang selalu ditegaskan Camat Makmur dalam setiap kesempatan.

Apresiasi pun datang dari Forum TBM Pasaman Barat. Ketua forum, Denni Meilizon, menilai apa yang dilakukan Camat Koto Balingka layak dicontoh. Tak heran bila kemudian TBM Olalaa ditugaskan khusus mendampingi proses lahirnya TBM-TBM baru di kecamatan ini. Dari advokasi, sosialisasi, hingga pendampingan teknis, semua dijalankan agar TBM tidak hanya terbentuk di atas kertas, tetapi benar-benar hidup.

Dan ternyata, hasilnya mulai terlihat. Dari sembilan TBM yang hadir, dua di antaranya sudah lebih dulu bergerak: TBM Qurrota A’yun di Jorong Limo Saring dan TBM Bunda Al di Jorong PB 2. Bahkan, kegiatan mereka sudah dibagikan melalui media sosial, sebuah tanda bahwa semangat literasi tak lagi hanya milik ruangan kecil, melainkan juga bisa menjangkau dunia maya.

Di akhir pertemuan, usai penyerahan buku, Riza Subhanah menyampaikan harapannya. “Semoga langkah kecil ini membawa perubahan besar. Minimal, anak-anak punya ruang bermain dengan buku, bukan hanya dengan gawai.”

Hari itu mungkin hanya pertemuan sederhana, dengan buku-buku pinjaman dan beberapa pengelola TBM yang penuh semangat. Tapi dari sinilah, sebuah cerita literasi baru di Kecamatan Koto Balingka mulai ditulis. Cerita tentang bagaimana sebuah nagari menjaga anak-anaknya agar tumbuh dengan cinta pada ilmu dan bacaan.

Salam Literasi.

/mir 

Posting Komentar

0 Komentar