Tapak Suci : Membangun Kekuatan, Meneguhkan Dakwah


Oleh : Fajar M Hasyimi, SH, K.Mdy 
Pelatih Tapak Suci Putra Muhammadiyah, PIMDA TSPM 080 Pasaman Barat

Dalam Islam, kekuatan fisik seorang mukmin menjadi bagian penting dari keteguhan iman dan kebermanfaatannya bagi ummat. Rasulullah SAW bersabda : “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan” (HR. Muslim). 

Hadis ini menjadi landasan utama bahwa kekuatan, baik fisik, mental, maupun spiritual, merupakan anjuran dalam Islam. Dalam konteks ini, seni bela diri seperti Tapak Suci bukan hanya sarana olahraga, tetapi juga menjadi wahana dakwah dan aktualisasi nilai-nilai keislaman melalui pengembangan kekuatan yang berlandaskan iman.

Rasulullah SAW sendiri adalah contoh ideal dari mukmin yang kuat. Beliau dikenal sebagai pribadi yang gagah, tangguh dalam pertempuran, dan memiliki ketahanan fisik luar biasa. Sahabat-sahabat seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, dan Khalid bin Walid juga merupakan pribadi-pribadi yang kuat secara fisik dan sangat terlatih dalam bela diri serta strategi perang. Mereka tidak hanya menjadi pejuang dalam arti harfiah, tetapi juga pengemban risalah Islam yang memperlihatkan bahwa kekuatan tidak terpisah dari dakwah. Maka, mengikuti jejak mereka, Tapak Suci menempatkan kekuatan sebagai bagian dari identitas dakwah yang aktif dan progresif.

Namun demikian, pembinaan dalam Tapak Suci tidak terbatas pada fisik semata. Lebih dari itu, kader Tapak Suci dibina untuk menjadi insan yang berkarakter kuat, beradab, serta menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Prinsip Ad - Din tidak hanya ditanamkan dalam teori, tetapi diinternalisasi melalui disiplin latihan, keteladanan pelatih, dan etika dalam bertanding. Tapak Suci tidak melahirkan pendekar yang sekadar kuat jasmaninya, tetapi juga tangguh dalam akhlak, jujur, rendah hati, dan mampu menjadi teladan dalam masyarakat. Inilah esensi dakwah yang melekat dalam setiap gerakan dan prestasi yang dicapai oleh kader Tapak Suci.

Di era modern ini, Tapak Suci juga dituntut untuk membangun branding yang kuat, baik pada level lembaga maupun individu kader. Branding lembaga penting untuk memperkuat citra Tapak Suci sebagai organisasi bela diri Islam yang unggul, berprestasi, dan relevan dengan kebutuhan zaman. Sementara itu, branding kader meliputi penciptaan citra kader sebagai pendekar intelektual yakni mereka yang tidak hanya tangguh di arena, tetapi juga kompeten di bidang akademik, sosial, dan dakwah. Keberhasilan branding ini akan membawa Tapak Suci lebih dikenal luas, dihormati, dan dijadikan rujukan dalam pengembangan karakter generasi muda muslim.

Akhirnya, membangun organisasi yang kuat menjadi kebutuhan mutlak dalam menghadapi tantangan zaman. Tapak Suci harus mampu memaksimalkan seluruh potensi kader baik yang bergerak di bidang olahraga, pendidikan, dakwah, media, hingga kewirausahaan. Kepemimpinan yang kolaboratif dan sistem kaderisasi yang berkelanjutan akan menjadikan Tapak Suci sebagai organisasi modern yang tetap berpijak pada nilai-nilai Islam. Dengan demikian, prestasi yang dicapai tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga menjadi media dakwah yang hidup, menunjukkan bahwa Islam itu kuat, relevan, dan membangun peradaban.

#080_generation
#Pensil_Pasbar

Posting Komentar

0 Komentar