Ketegangan antara Israel dan Iran kembali memanas setelah gelombang serangan besar-besaran yang dilakukan militer Israel menewaskan sejumlah pejabat tinggi Iran. Situasi ini semakin rumit setelah laporan menyebutkan bahwa Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menolak rencana Israel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Mengutip laporan eksklusif Reuters, dua pejabat Amerika Serikat mengungkap bahwa Trump baru-baru ini memveto operasi rahasia yang diajukan Israel untuk menghabisi Khamenei. Keputusan itu diambil dengan pertimbangan bahwa Iran belum melakukan serangan langsung terhadap warga atau kepentingan Amerika.
“Apakah Iran sudah membunuh warga Amerika? Belum. Sampai mereka melakukannya, kami bahkan tidak akan membahas soal memburu pemimpin politik mereka,” kata salah satu pejabat AS kepada Reuters.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, enggan memberikan pernyataan tegas terkait laporan tersebut. Dalam wawancara dengan Fox News pada Minggu (15/6), ia hanya menyebut banyaknya “laporan palsu” yang beredar dan menegaskan bahwa Israel akan terus melakukan apa yang perlu dilakukan demi keamanan negaranya.
Serangan Israel dimulai pada Jumat (13/6), menargetkan sejumlah fasilitas militer dan nuklir strategis Iran. Salah satu serangan paling mematikan terjadi di Teheran yang menewaskan Mohammad Kazemi, Kepala Intelijen Garda Revolusi Iran (IRGC), beserta wakilnya.
Hingga berita ini diturunkan, Iran belum mengeluarkan respons resmi atas tewasnya pejabat tinggi militernya. Namun, tensi di dalam negeri meningkat, dengan banyak pihak mendesak pemerintah Iran untuk segera melakukan serangan balasan yang lebih besar terhadap Israel.
Rencana pembunuhan Khamenei—jika disetujui—berpotensi memicu perang besar di kawasan Timur Tengah. Penolakan Trump dinilai sebagai upaya untuk menahan konflik agar tidak meluas, terutama dengan mempertimbangkan posisi Amerika di kancah geopolitik global.
Situasi di Timur Tengah kini berada di ambang eskalasi perang terbuka. Sementara Israel terus menggempur, Iran bersiap membalas. Dunia internasional menunggu, apakah veto Trump akan cukup untuk meredam konflik atau justru menjadi bahan bakar kemarahan baru dari kedua pihak.
Sumber : Reuters, Foxnews
0 Komentar