SEKSUALITAS REMAJA: KETIKA USIA PELAKU SEKS PRANIKAH MAKIN MUDA

Oleh Maya Lestari GF 

BEBERAPA waktu lalu saya membaca hasil riset BKKBN tentang SKAP (Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program KKBPK) Remaja 2019. Salah satu yang diriset adalah perilaku seksual remaja hari ini. Sebelum saya lanjutkan, ada dua hal yang perlu diperhatikan: 1) riset dilakukan tahun 2019, boleh jadi tahun 2025 hasilnya sudah berbeda, 2) kita perlu mempertimbangkan social desirability bias dalam survei (sebagai metodologi riset), yaitu sebuah perilaku di mana responden tidak jujur karena ingin tampak baik sesuai norma yang ada.
Survei ini dilakukan terhadap 40 ribu lebih remaja Indonesia yang belum menikah, di rentang usia 10-24 tahun. Dari survei, diketahui: usia remaja melakukan hubungan seks pranikah makin muda, yakni 16 tahun. Usia rata-rata remaja melakukan hubungan seks pranikah adalah 18 tahun. Remaja lelaki cenderung lebih permisif terhadap hubungan seks pranikah. Berapa total responden yang mengaku oke-oke saja dengan seks pranikah? Jumlahnya gak sampai 3%. 
Angka ini mungkin terlihat kecil dibanding total responden. Namun, jika kita lihat temuan riset dari O’Donnel, dkk dalam Premarital Sex and Pregnacy in Greater Jakarta yang termuat dalam Journal of Population Sciences, kita akan menemukan data lain. Yakni angka sebenarnya boleh jadi  lebih tinggi. Dalam temuan mereka, meski hanya 10% yang tidak setuju hubungan seks pranikah, tapi bila dianalisis jumlah kehamilan pranikahnya, terlihat bahwa angka seks pranikah sebenarnya mencapai 22%. Sementara, dari pertanyaan ‘kapan usia pertama melakukan hubungan seks?’ diketahui, 30% responden melakukannya di usia yang lebih muda. Usia sebelum mereka menikah.

Ada laporan lain yang juga mengejutkan. Tahun lalu, Kemenkes mengeluarkan laporan terkait infeksi menular seksual (IMS) di kalangan remaja. Hingga September 2024, terdapat lebih 6.800 kasus IMS di kalangan remaja usia 15-19 tahun. Tidakkah ini menimbulkan kewaspadaan di kalangan orang tua?
**

Sekarang ini menjalar anggapan di kalangan remaja, bahwa, hubungan seksual pranikah itu baru bermasalah kalau dilakukan atas paksaan. Bila hubungan itu dilakukan atas dasar kerelaan kedua belah pihak, maka itu sah dan boleh. Kata kunci di sini adalah kerelaan. Kata kunci berikutnya adalah keamanan. Jadi, bagi mereka, melakukan hubungan seksual yang dilakukan atas dasar kerelaan dan dilakukan dengan aman (dalam pengertian tidak akan menimbulkan kehamilan), maka itu boleh. Anggapan ini bukan hanya bersarang di benak anak lelaki, anak perempuan juga.  

Ini adalah fenomena nyata yang saya tak ingin menutup mata terhadapnya. 'Kampanye' hubungan seks pranikah anak laki-laki dan perempuan, diam-diam muncul dari bawah tanah, menguarkan asapnya dan menyelubungi kita semua. Alat kampanyenya macam-macam, seperti film, video musik, lirik lagu, buku. Anak-anak yang di rumah mungkin hanya dicekoki larangan ini itu tanpa mendapat penjelasan di balik semua larangan, boleh jadi akan terpengaruh dan mengikuti. 
**

Seorang teman, pernah ngomong, “Ih, malu ah bicara tentang itu kepada anak.”
Biasanya, pernyataan ini muncul dari 1) norma sosial di  mana topik ini dianggap tabu; 2) orang tua merasa tidak cukup punya bekal atau informasi yang benar tentang pendidikan seksual; 3) pengalaman pribadi yang kaku karena orang tua tidak dibesarkan dalam komunikasi terbuka; 4) adanya kekhawatiran anak akan penasaran dan malah mencari tahu; dan/atau 5) merasa canggung secara emosional karena urusan itu dianggap privat.

Namun, kita perlu refleksi. Di era ketika anak-anak bisa mengakses apa pun lewat internet, tidakkah diamnya kita justru memberi ruang lebih besar bagi informasi keliru. Tidakkah ada kekhawatiran anak akan mencari jawaban sendiri, yang boleh jadi jawabannya ia dapat dari sumber yang salah. Maka, sebenarnya, keberanian orang tua bicara, dengan hangat, tenang, dan bertahap, adalah sebuah bentuk perlindungan. []


**foto adalah tangkapan layar dari secuplik analisis survei BKKBN. Anda bisa mendapatkan laporan lengkapnya di internet, kata kunci: laporan SKAP BKKBN 2019

Posting Komentar

0 Komentar