Pasaman Barat | SYARIKATMU — Tiga komunitas asal Kabupaten Pasaman Barat berhasil lolos verifikasi dan ditetapkan sebagai penerima Bantuan Pemerintah (Banpem) Bidang Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan (FPK) Tahun 2025 dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Ketiganya adalah Forum Pegiat Literasi Pasaman Barat (FPL Pasbar), TBM Alfatih, dan Komunitas Pecinta Peninggalan Purbakala & Budaya PITAMAHADARA.
Informasi ini diumumkan secara resmi oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah III melalui akun Instagram @bpk3sumbar pada Ahad, 26 Oktober 2025. Dalam unggahan tersebut, BPK Wilayah III mengumumkan daftar lembaga dan komunitas penerima bantuan di wilayah kerjanya, yang mencakup Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan, setelah melalui tahapan seleksi administratif dan substantif yang ketat.
Ketua Forum Pegiat Literasi Pasaman Barat (FPL Pasbar), Denni Meilizon NST, menyampaikan apresiasi atas dukungan pemerintah terhadap gerakan literasi di daerah.
“Program ini bukan hanya bantuan dana, tetapi juga bentuk pengakuan atas kerja budaya di akar rumput. Kami akan memanfaatkannya untuk memperkuat kegiatan literasi berbasis tradisi dan kearifan lokal di Pasaman Barat,. Kami mengajukan pewarisan nilai dan pelestarian seni tradisi Ronggiang Pasaman” ujarnya.
Selanjutnya mengutip pernyataan dan tanggap Ny. Sifrowati Yulianto Bunda Literasi Pasaman Barat mengucapkan selamat terutama kepada Komunitas FPL Pasaman Barat yang terus bergerak aktif memajukan Pasaman Barat. “Saya ikut bangga dan mengapresiasi FPL Pasaman Barat atas lolosnya sebagai salah satu penerima bantuan pemerintah dala program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan tahap 3 tahun anggaran 2025 ini. Terimakasih sudah berbuat untuk kemajuan Pasaman Barat,” tulisnya dalam chat WhatsApp ke meja redaksi.
Sementara itu, TBM Alfatih yang aktif menggerakkan minat baca anak-anak dan remaja di Nagari Kapa, Luhak Nan Duo, mengajukan penguatan program mengembangkan program literasi berbasis keluarga.
“Kami ingin menjadikan rumah baca sebagai ruang baca hidup, tempat anak-anak belajar, bermain dan berdiskusi. Kami ajukan kegiatan berupa permainan tradisonal anak. Bantuan ini tentu menjadi penyemangat untuk melangkah lebih jauh,” ungkap pengelolanya, Desma Enim.
Adapun Komunitas PITAMAHADARA, yang dikenal aktif mendokumentasikan peninggalan arkeologis dan budaya di Pasaman Barat, menilai bantuan ini sangat berarti untuk memperkuat kegiatan pelestarian situs bersejarah.
Tentang Program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan (FPK)
Program Bantuan Pemerintah Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan merupakan salah satu skema pendanaan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan yang bertujuan mendukung pelestarian, pemberdayaan, dan inovasi kebudayaan di tingkat lokal. Melalui program ini, pemerintah mendorong partisipasi masyarakat, komunitas seni, lembaga adat, serta pelaku budaya dalam menjaga dan mengembangkan kebudayaan Indonesia secara berkelanjutan.
Bantuan diberikan untuk mendukung berbagai kategori kegiatan, seperti pengembangan literasi budaya, revitalisasi tradisi, pelestarian situs dan cagar budaya, riset dan dokumentasi kebudayaan, serta inovasi seni dan ekspresi budaya kontemporer.
Seleksi dilakukan secara terbuka dan kompetitif melalui sistem proposal daring. Setiap proposal dinilai berdasarkan aspek kebaruan gagasan, dampak sosial, keberlanjutan, dan keterlibatan masyarakat. Tahun 2025, ratusan komunitas dari berbagai provinsi mengajukan proposal, dan hanya sebagian yang dinyatakan lolos verifikasi akhir.
Kepala BPK Wilayah III, dalam keterangan resminya, menyebut bahwa dukungan kepada komunitas akar rumput merupakan bagian penting dari strategi pemajuan kebudayaan nasional.
“Kebudayaan tidak hanya tumbuh di lembaga besar, tetapi hidup di tengah masyarakat. Komunitas seperti mereka adalah penjaga ingatan dan identitas daerah,” ujarnya dalam pengumuman resmi.
Dengan lolosnya tiga komunitas tersebut, Pasaman Barat kembali menunjukkan perannya sebagai salah satu daerah yang aktif dalam gerakan pelestarian dan pengembangan kebudayaan di Sumatera Barat. Dukungan ini diharapkan menjadi energi baru bagi para pegiat budaya dan literasi untuk terus berkarya, memperkuat jejaring, serta memastikan nilai-nilai lokal tetap hidup dan relevan di tengah arus perubahan zaman.
0 Komentar